Keseruan Cepot dengan Sie Jin Kwie pada Pagelaran Seni Budaya Sunda dan Tionghoa di Ciamis

GALUH INSIGHT – Dalam rangka merayakan Hari Raya Imlek, Gereja St. Yohanes di Kampung Kerukunan, Kelurahan Ciamis, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, menyelenggarakan sebuah acara yang memperlihatkan kekayaan budaya Tionghoa Nusantara yang kental dengan nuansa kolaborasi antara dua tradisi seni yang berbeda, yaitu Wayang Potehi dan Wayang Golek.

Kegiatan ini berhasil menarik perhatian warga setempat dan para komunitas Tionghoa yang hadir dengan semangat penuh kekeluargaan dan kegembiraan.

Pagelaran ini menggabungkan dua seni tradisional yang sangat kaya: Wayang Potehi dari Tionghoa Nusantara, dengan tokoh utama Sie Jin Kwie, dan Wayang Golek Seni Budaya Sunda yang juga turut menyemarakkan acara tersebut dengan hadirnya tokoh Si Cepot.

Wayang Potehi, yang dimainkan oleh Dalang (saihu) Andika Pratama dari Sanggar Wayang Siu Peksan Jombang, Jawa Timur, membawa penonton menyaksikan sebuah cerita penuh makna tentang perjuangan seorang pemuda bernama Sie Jin Kwie, yang berasal dari keluarga sederhana namun bercita-cita membela tanah airnya.

Di sisi lain, Wayang Golek, yang dimainkan oleh Dalang Rian Nugraha Tresna dari Dangiang Gentra Wirahma Galuh, Baregbeg Ciamis, memberikan sentuhan budaya Sunda dengan tokoh legendarisnya, Si Cepot, yang tidak hanya memeriahkan suasana tetapi juga membawa nilai-nilai humor khas Sunda dalam pementasan tersebut.

Kegiatan ini, yang berlangsung di dalam gereja yang dihiasi dengan bunga-bunga warna-warni, memiliki daya tarik tersendiri bagi warga lokal.

Mereka, baik yang berasal dari komunitas Tionghoa maupun warga lainnya, ikut merasakan kekayaan budaya yang ditampilkan di panggung. Dapat dilihat bahwa acara ini menjadi simbol keharmonisan yang luar biasa di tengah keragaman yang ada di Kabupaten Ciamis.

Menurut Andika Pratama, sebagai Saihu (Dalang) Wayang Potehi, cerita yang dibawakan dalam pertunjukan kali ini memiliki kedalaman filosofis yang luar biasa. Wayang Potehi terbuat dari kain, dengan beberapa bagian terbuat dari kayu. Wayang ini sudah ada sejak tahun 1927 di Nusantara, dan di Tiongkok sendiri sudah ada selama lebih dari 3000 tahun.

“Malam ini kami membawa cerita tentang Sie Jin Kwie, seorang pemuda dari keluarga sederhana yang berjuang untuk membela tanah airnya. Cerita ini sangat relevan karena mengajarkan kita tentang perjuangan, keberanian, dan pengorbanan,” ujarnya 11 Februari 2025.

Komentar